Minggu, 17 Maret 2013

Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Muhtadin Tigamaya


SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA 
PONDOK PESANTREN NURUL MUHTADIN

Pondok Pesantren Nurul Muhtadin Tigamaya adalah salah satu lembaga operasional dari Yayasan Nurul Muhtadin didirikan oleh Ust. Awi Salwi, S.Ag. yang bertempat tinggal di Kp. Tigamaya RT. 06/02 Desa Telagaluhur Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang Propinsin Banten. Di alamat ini pula pondok pesantren tersebut berlokasi.

Daerah ini memang terpencil dan terisolasi karena jauh dari perkotaan dan tidak terlintasi jalan protocol, namun sebenarnya melihat jarak tempuh ke pusat ibu kota Kabupaten Serang dan ibu kota Propinsi Banten sebenarnya tidak terlalu jauh hanya sekitar + 12 km, namun karena sarana infrastruktur jalan desa yang menghubungkan dari kecamatan Waringinkurung ke arah kecamatan Taktakan Kota Serang yang melewati Pondok Pesantten ini kurang bagus dan sarana transportasi sangat terbatas, maka kawasan ini disebut terpencil dan tertinggal.

Yayasan Nurul Muhtadin tercatat di Notaris sejak 06 April 2005 adalah merupakan wadah legal formal yang menaungi lembaga-lembaga operasinal lainnya, yaitu : Pondok Pesantren, Majlis Ta’lim, Madrasah Diniyah, Pendidikan Anak Usia Dini, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Koperasi Ponsantren Al-Muhtadin atau yang disingkat dengan “KOPPALDIN”.

Cikal bakal Yayasan Nurul Muhtadin ini berawal dari sebuah majlis ta’lim yang diasuh oleh KH. Ali Ahmad (Alm) sejak tahun 1940 an, beliau wafat pada tanggal 05 Nopember 1995 M bertepatan dengan tanggal 11 Jumadil Akhir 1416 H di kampung halamannya, yaitu Kp. Tigamaya Desa Telagaluhur Kec. Waringinkurung Kab. Serang-Banten. Hasil perkawinannya dengan Ibunda Siti Afiyah yang berasal dari kampung yang sama dikaruniai 7 orang anak (empat orang putri, tiga orang putra), yaitu : Saliyah, Maemanah, Johariyah, Abdul Aziz, Jamzuri, Awi Salwi, dan Siti Safuroh. Beliau adalah seorang tokoh ulama dan tokoh masyarakat yang sangat disegani dan telah melakukan perubahan-perubahan di masyarakat. Yang semula keadaan masyarakatnya primitive dan buta akan ilmu agama khususnya dalam hal peribadatan masih tercampuri dengan hal-hal yang bersifat khurafat dan bid’ah, namun berkat perjuangan dan pembinaan beliau berangsur-angsur berubah dan bisa kembali ke jalan yang benar.

Pendidikan yang beliau tempuh adalah di Pondok Pesantren Al-Jauharotunnaqiyyah Cibeber yang tahun permulaannya tidak diketahui persis, namun yang jelas beliau adalah murid periode pertama KH. Abdul Latif (Alm), beliau adalah seorang ulama besar pada zamannya dan sangat kharismatik serta tidak sedikit ulama-ulama besar lahir terbidani oleh beliau yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, akhirnya pada tahun 1995 ayahanda tercinta (KH. Ali Ahmad) dipanggil oleh sang pencipta, di kala itu Ust. Awi Salwi, S.Ag. sedang menempuh study S.1 Syari’ah di IAIN Sunan Gunung Djati Serang sebelum akhirnya berganti nama STAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten yang sekarang menjadi IAIN SMHB baru semester IV. Pendidikan yang beliau tempuh disamping pendidikan formal, yaitu SD, MTs, MA, dan Perguruan Tinggi, namun juga beliau menekuni pendidikan  non formal di pondok pesantren Al-Inayah Jerang Ilir Desa Karang Asem Kec. Cibeber Kota Cilegon di bawah asuhan KH. Junaedi Aziz (Alm)  dan juga mengikuti kursus-kursus yaitu kursus bahasa inggris dan computer, serta pengajian-pengajian pasaran di berbagai pondok pesantren baik di wilayah banten maupun di luar Banten untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Berbekal dari hal tersebut, akhirnya tidak disangka-sangka kemudian masyarakat membutuhkan figur dan pengganti KH. Ali Ahmad (Alm) untuk menjadi pembimbing keagamaan dan kemasyarakatn, maka pada saat itulah Ust. Awi Salwi, S.Ag ini dinobatkan dan dikukuhkan oleh masyarakat untuk menggantikan ayahandanya menjadi pengasuh pada majlis ta’lim yang telah berdiri sejak tahun 1940 an. Dengan berberat hati dan ketidak berdayaannya, namun akhirnya amanat itu bisa diembannya dengan baik.

Ust. Awi Salwi, S.Ag diusianya yang masih sangat relative muda, dengan berbekal niat yang tulus dan tekad yang bulat serta penuh kesabaran dan ketekunan, maka beliau dalam menjalankan tugasnya itu mampu melaksanakan dengan baik dan sukses walaupun harus menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang amat berat terutama dari orang-orang yang merasa lebih senior dan tidak senang melihat orang lain maju.

Dengan latar belakang tersebut di atas, majlis ta’lim di bawah asuhan Ust. Awi Salwi ini diberi nama “NURUL MUHTADIN” yang sebelumnya tidak ada namanya, dengan maksud mudah-mudahan Allah SWT memberikan cahaya yang terang benderang dan dimasukan dalam kelompok orang-orang yang mendapat hidayah, sesuai dengan arti dari kalimat “Nurul Muhtadin” itu sendiri, yaitu “Cahaya orang-orang yang mendapat hidayah (Petunjuk).

Ust. Awi Salwi, Pria kelahiran 01 April 1973 ini pada tahun 1999 tepatnya tanggal 04 Agustus 1999 M/ 22 Robi’ul Akhir 1420 H mempersunting seorang gadis  yang amat dicintainya asal Kenanga Kelurahan Masigit Kota Cilegon bernama Rofi’ah putri ketiga dari tujuh bersaudara pasangan H. Mufaroh dan Hj. Masturiah. Hasil perkawinannya ini beliau telah dikaruniai 4 orang anak (Maulana Silahul Fikri, Rif’atul Hijjah, Ahmad Syifa Al-Ghifari, dan Mu'tasim Billahi Romdhoni). Beliau sejak menikah tersebut berdomisili di Cilegon, namu tetap tidak meninggalakan tugas mulyanya mengajar ngaji di kampung halamannya walaupun hanya dua hari dalam satu minggu.

Pada awal tahun 2004 Ust. Awi Salwi hijrah kembali ke kampung Tigamaya utnuk merintis sebuah lembaga pendidikan dengan berbekal dari majlis ta’lim yang diasuhnya yang pada saat itu baru dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu saja, kemudian merambah untuk membuka majlis ta’lim anak-anak usia SD s/d SMA di rumahnya, pada saat itulah kelihatan betapa antusiasnya mereka untuk mengikuti pendidikan non formal ini hingga mencapai + 300 anak. Hal inilah yang menginspirasi beliau mendirikan tempat khusus (pondok pesantren) untuk menampung mereka agar lebih nyaman dan permanen, yakni tidak seperti pepatah jawa mengatakan “Anget-anget tahi ayam”.

Pada tanggal 06 Oktober 2004 M / 25 Sya’ban 1425 H dimulailah pembangunan gedung pondok pesantren di atas tanah seluas 1.620 M² dengan nama Pondok Pesantren Nurul Muhtadin Tigamaya mengambil nama dari majlis ta’limnya, dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 25 Januari 2005/ 14 Dzul Hijjah 1425 H, yang rencananya akan diresmikan oleh Bupati Serang pada saat itu Bapak H. Bunyamin, namun beliau berhalangan hadir kemudian diresmikan oleh Dandim 0602 Letkol CIZ Ma’mun Syahroni. Pada acara tersebut dihadiri pula oleh Camat Waringinkurung, unsur Muspika, anggota DPRD Kabupaten Serang Ibu Tina Martiana, Ketua FSPP Kab. Serang (KH. A. Matin), pimpinan pondok pesantren modern Al-Mubarok Serang (KH. Mahmudi), Bapak Bukhori Arsyad Ketua Yayasan Al-Irsyad Banten, para Kepala Desa dan BPD se Kec. Waringinkurung, para ulama dan tokoh masyarakat, serta para wali santri dan undangan lainnya. Pada saat itulah Ust. Awi Salwi mengemukakan gagasannya kepada masyarakat bahwa pada tahun ajaran 2005/2006 akan membuka pendidikan formal, yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs). Pondok Pesantren ini baru mendapatkan izin operasionalnya dari Departemen Agama Kabupaten Serang pada tanggal 07 Nopember 2005.

Beawal dari hal tersebut, maka pada bulan Mei 2005 mulailah disosialisikan kepada masyarakat bahwa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Muhatadin telah dibuka untuk menerima murid tahun ajaran 2005/ 2006 didorong oleh keinginan agar anak-anak para lulusan SD dapat bersekolah lebih dekat dan terjangkau. Hal ini mengingat kondisi daerah yang terisolasi dan jauh dari perkotaan dan membutuhkan biaya relatif lebih mahal jika bersekolah ke luar daerah kawasan Tigamaya, dan itu harus dilakukan dengan sambil mondok di pondok pesantren. Kondisi seperti ini menyebabkan sedikit sekali anak-anak lulusan SD yang dapat melanjutkan ke SLTP atau yang sederajat. Dan pada tahun pertama beroperasinya MTs Nurul Muhtadin ini menerima siswa sebanyak 75 anak.

Karena persyaratan legal formal untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan itu mutlak harus ada badan yang menaunginya, maka sebelum MTs Ini dibuka terlebih dahulu dibuat sebuah Yayasan dengan nama Yayasan Nurul Muhtadin. Akte Yayasan ini dikeluarkan oleh Notaris : Tety Yayah Rahayuningsih, SH di Serang dengan nomor 01 Tanggal 06 April 2005.

Baru satu tahun MTs ini berjalan, maka pada tahun ajaran 2006 / 2007 dibukalah sekolah lanjutan tingkat atas yaitu Madrasah Aliyah (MA) Nurul Muhtadin, dengan pertimbangan pada saat itu banyak anak-anak santri yang telah lulus dari SMP / MTs lain yang belum melanjutkan sekolah, seandainya mereka harus menunggu lulusan pertama dari MTs ini, maka mereka akan kehilangan kesempatan karena usia mereka akan melewati standar maksimal usia anak sekolah, dan pada tahun ajaran pertama ini siswa Madrasah Aliyah berjumlah 22 orang.

Pada tahun pelajaran 2014/ 2015 siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Muhtadin berjumlah 360 orang dan sudah meluluskan 8 angkatan dengan total siswa lulus sebanyak 578 anak. Sedangkan siswa Madrasah Aliyah pada tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 240 dan sudah meluluskan 7 angkatan dengan total siswa lulus 374 anak.

Demikian sejarah singkat ini kami kemukakan dengan harapan mudah-mudahan menjadi tolok ukur untuk selalu meningkatkan kemampuan menejerial dan edukasi, sehingga pondok peasntren Nurul Muhtadin ini semakin maju dan meningkat secara kualitas maupun kuantitas dan anak-anak santri ke depan menjadi generasi bangsa yang fasih berbicara ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berlandaskan pada iman dan taqwa (IMTAQ) serta mampu mengaplikasikan dzikir dan fikir dalam mengkombinasikan ra’yu (akal) dan wahyu  (al-Qur’an).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar