Karya Ilmiah



SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW.
Oleh : Awi Salwi

I.       PENDAHULUAN
Hadirnya Nabi Muhammad pada masyarakat Arab membuat terjadinya kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa itu.

Berhasilnya Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan yang dianut bangsa Arab. Dalam waktu yang relatif singkat beliau mampu memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab.

Hadirnya Nabi Muhammad, sedikit demi sedikit merubah budaya-budaya yang tidak memanusiakan manusia dalam artian budaya yang mengarah pada keburukan menjadi budaya-budaya yang mengarah kepada kebaikan dalam payung Islam.

Budaya-budaya yang mengarah kebaikan yang dibawa Nabi Muhammad pada akhirnya menghasilkan peradaban yang luar biasa pada zamannya. Yang mana muara dari peradaban itu semua ialah Islam.

Islam sangat berperan penting dalam menciptakan peradaban yang luar biasa yang tercipta pada masa zaman Nabi Muhammad. Dan aktor penting di balik itu semua tidak lain ialah Nabi Muhammad sendiri. Nabi Muhammad tidak hanya sebagai Nabi melaikan juga sebagai pengajar, pendidik, pemimpin, pemimpin militer, politikus, reformis, dan lain-lain.

II.    PEMBAHASAN
1.      Sejarah singkat Rasulullah SAW.
Muhammad lahir di Mekkah pada hari senin pagi 12 Rabi’ul awal bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 M. Tahun kelahiran Nabi dikenal dengan tahun Gajah, karena pada tahun itu pasukan Abrahah dengan menunggang gajah menyerbu Mekkah ingin menghancurkan ka’bah.

Beliau lahir dari keluarga miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Dikisahkan, bahwa anak-anak Hasyim ini adalah keluarga yang berkedudukan sebagai penyedia dan pemberi air minum bagi para jamaah haji yang dikenal dengan sebutan Siqayah Al Hajj. Sedangkan ibunda Nabi Muhammad Saw adalah Aminah binti Wahab, adalah keturunan Bani Zuhrah. Kemudian, nasab atau silsilah ayah dan ibunda Nabi bertemu pada Kilab ibn Murrah.[1]

Pada waktu lahir Nabi Muhammad SAW dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika masih dalam kandungan. Nabi Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam asuhannyalah Nabi Muhammad SAW dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah kurang lebih dua tahun berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika usia enam tahun Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu.

Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tangguang jawab merawat Nabi Muhammad SAW. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia juga sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Makkah secara keseluruhan.

Dalam usia muda Nabi Muhammad SAW hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini dia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga dia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda dia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.[2]

Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW ikut berdagang ke Syam, menjual barang milik Khadijah, seorang wanita terpandang dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Ketika Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau, kredibilitas dan kemuliaan ahlak serta keuntungan dagangannya melimpah, Khadijah tertarik untuk menikahinya. Yang ikut hadir dalam acara pernikahan itu adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar.[3]

2.      Profil Rasulullah SAW. pembentuk peradaban.

Islam sangat berperan penting dalam menciptakan peradaban yang luar biasa yang tercipta pada masa Nabi Muhammad SAW, dan actor penting di baklik itu semua tidak lain ialah Nabi Muhammad SAW sendiri. Nabi Muhammad SAW tidak hanya sebagai Nabi melainkan ia juga memerankan sebagai pengajar, pendidik, pemimpin, pemimpin militer, politikus, reformis, dan lain-lain.

Adapun Profil Nabi Muhammad SAW sebagai pembentuk peradaban adalah beliau memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1.      Nabi Muhammad adalah seorang yang memiliki kesempurnaan akhlak.
Sungguh Nabi Muhammad adalah uswatun hasanah, akhlaknya sebagai contoh bagi peribadi seseorang maupun masyarakat umum. Akhlak beliau telah begitu mulia, semenjak beliau diciptakan atau dilahirkan, sehingga masyarakat menjulukinya sebagai Al-Amin. Tak seorang pun menilai beliau sebagai seorang pendusta ataupun pengkhianat.

2.      Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang jujur.
Jujur adalah salah satu akhlak yang wajib dimiliki oleh manusia. Oleh karena itulah Allah SWT berbicara dalam al-Qur’an tentang sifat ini.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.

Ayat di atas sebagai dalil bahwasanya masyarakat muslim wajib mempunyai sifat ini, karena jujur merupakan kunci segala kebaikan, dan Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang sempurna dalam hal ini. Sampai sebelum beliau diutus saja beliau sudah bersifat jujur sehingga masyarakat Arab menjulukinya Al-Amin.

3.      Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang memiliki kasih saying.
Kasih saying adalah salah satu dari sifat-sifat Allah SWT. Dan kasih saying yang sangat besar diberikan Allah SWT kepada umatnya ialah dengan mengutus Nabi Muhammad kepada umatnya, untuk membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam. Tidak diragukan lagi bahwasanya Nabi Muhammad juga memiliki sifat kasih saying, ini dapat dilihat dari bagaimana ia memperlakukan anak kecil, orang-orang yang lemah, para wanita dan lain-lainnya.

4.      Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang adil.
Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang adil. Ini dapat dilihat dari bagaimana beliau menghakimi sebuah perkara dalam masyarakat Islam.

5.      Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang Mulia.
Sebagai seorang Nabi, sifat mulia sangatlah melekat di dalam diri Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan contoh yang sempurna bagi seluruh umat.

3.      Peradaban dan Wahyu

Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhamad tidak sekaligus, tetapi dengan cara berangsur-angsur. Atas dasar itulah Nabi menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat Islam pada masa itu. Tetapi adakalanya persoalan yang cara penyelesaiannya belum disebut oleh wahyu yang sudah diterima Nabi. Dalam hal ini Nabi memakai ijtihad atau pendapat yang dihasilkan pemikiran secara mendalam.

Pada periode Nabi, segala persoalan hukum dikembalikan kepada Nabi untuk menyelesaikannya, Nabi lah yang menjadi satu-satunya sumber hukum. Secara direk pembuat hukum adalah Nabi,tetapi secara indirek Tuhanlah pembuat hukum, karena hukum yang dikeluarkan Nabi bersumber pada wahyu dari Tuhan.

Di periode sahabat, daerah yang dikuasai Islam tambah luas dan termasuk didalmnya daerah-daerah di luar semenanjung Arabia yang telah mempunyai kebudayaan tinggi dan susunan masyarakat yang bukan sederhana, di perbandingkan dengan masyarakat Arabia ketika itu. Dengan demikian persoalan-persoalan permasyarakatan yang timbul di periode ini lebih sulit penyelesaiannya dari pesoalan-persoalan yang timbul di masayraktat Semenanjung Arabia.

Untuk mencari penyelesaian bagi soal-soal baru itu para sahabat kembali ke Al-Qur’an dan sunnah yang ditinggalkan Nabi. Dalam pada itu timbul pula suatu problema lain. Sebagai dilihat ayat ahkam berjumlah sedikit dan tidak semua persoalan timbul dapat dikembalikan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi. Untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dijumpai dalam kedua sumber hukum itu, khalifah dan para sahabat mengadakan ijtihad.

Sesuai dengan bertambah luasnya daerah Islam, berbagai macam bangsa masuk Islam dengan membawa berbagai adat-istiadat, tradisi dan sistem kemasyarakatan. Problema hukum yang dihadapi beragam pula. Untuk mengatasinya para sahabat dan ulama banyak mengadakan ijtihad yang didasarkan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi.[4]

4.      Rintisan dan tonggak peradaban

Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara diletakan dasar-dasar islam. Rasulullah SAW. Dengan segala usahanya telah membentuk kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian, berarti bahwa inilah masyarakat islam pertama yang dibangun Rasulullah SAW. Dengan asas-asasnya yang abadi.

Secara sistematik, proses pradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat Islam di Yatsrib adalah:
Pertama, Nabi Muhammad SAW mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah (Madinah Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawaroh). Perubahan yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad SAW, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib, maju, dan berperadaban.
Kedua, Membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam perundingan masalah-masalah yang dihadapi.
Ketiga, Nabi Muhammad SAW membentuk kegiatan “Mu’akhat” (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum muhajirin dengan Anshar. Dengan persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad SAW membentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, disamping benbtuk persaudsaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah.
Keempat, Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak b eragama Islam.
Kelima, Nabi Muhammad SAW membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.

Rasulullah SAW dengan segala kesempurnaannya telah mampu menciptakan sebuah Negara yang berlandaskan Islam. Tentu ini tidak diraih dengan mudahnya, butuh perjuangan yang banyak dan sangat dari Rasulullah SAW sendiri dan juga kaum musl,imin saat itu.

Begitu dahsyatnya perjuangan yang dilakukan Rasulullah SAW dan para kaum muslimin dalam menciptakan sebuah peradaban yang berlandaskan Islam ini. Meskipun pada hakekatnya ini bukanlah tujuan dari diutusnya Rasulullah SAW, melainkan ialah untuk menyempurnakan akhlak imatnya. Namun secara tidak langsung dari usaha membentuk penyempurnaan akhlak itu terciptalah manusia yang bermoral dan beridiologikan Islam dengan segala substansinya. Dan hasil akhir dari usaha itu adalah terwujudnya suatu peradaban yang bermoral di dalam masyarakat yang berlandaskan Islam.

5.      Capaian peradaban periode Mekkah dan Madinah

Prinsip kesederajatan dan keadilan yang dibangun Nabi, mencakup semua aspekbaik politik, ekonomi, maupun hukum.

Pertama, aspek politik, Nabi mengakomodasikan seluruh kepentingan, semua rakyat mendapatkan hak yang sama dalam politik, walaupun penduduk Madinah sangat heterogen, baik dalam arti agama, ras, suku dan golongan-golongan.

Kedua, aspek ekonomi, Nabi mengaplikasikan ajaran egaliterianisme21, yakni pemerataan saham-saham ekonomi kepada seluruh masyarakat. Seluruh lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama untuk berusaha dan berbisnis Misi egaliterianisme ini sangat tipikal dalam ajaran Islam. Sebab misi utama yang diemban oleh Nabi bukanlah misi teologis, dalam arti untuk membabat habis orang-orang yang tidak seideologi dengan Islam, melainkan untuk membebaskan masyarakat dari cengkeraman kaum kapitalis.

Ketiga, aspek Hukum, Nabi memahami aspek hukum sangat urgen dan signifikan kaitannya dengan stabilitas suatu bangsa, karena itulah Nabi tidak pernah membedakan "orang atas", "orang bawah" atau terhadap keluarga sendiri Nabi sangat tegas dalam menegakan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Madinah, artinya tidak ada seorangpun kebal hukum. Prinsip konsisten legal [hukum] harus ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga supermasi dan kepastian hukum benar-benar dirasakan semua anggota masyarakat.[5]

5.a. Peradaban Islam Periode Mekkah

Pada malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriyah bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. ketika itu Nabi Muhammad berkhalwat di Gua Hira dan Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama yaitu surat al-Alaq.[6] Ketika selesai menerima wahyu Nabi Muhammad pulang dengan kondisi menggigil ketakutan. Beliau meminta agar istrinya menyelimuti beliau kemudian menceritakan kejadian yang terjadi di Gua Hira.

Sebagai seorang istri yang sholeha dalam kondisi apapun selalu berusaha menenangkan hati suaminya begitulah yang dilakukan oleh Khadijah. Khadijah berusaha menenangkan hati Rosulullah yang sangat mengalami kegalauan pada saat itu. Setelah menenangkan Rosulullah, Khadijah pergi untuk menemui Waraqah ibn Naufal. Waraqah adalah paman dari Siti Khadijah beliau adalah seorang Nasrani yang banyak mengetahui naskah-naskah kuno.

Siti khadijah menceritakan kejadian yang dialami oleh suwaminya kemudian Waraqah mengatakan bahwa yang datang itu adalah Namus (Jibril). Kemudian dia menjelaskan disuatu saat nanti beliau akan diusir oleh kaumnya dari halaman kampungnya sendiri. Ia berharap masih hidup pada masa sulit Rosulullah dan akan memberikan pertolongan yang sungguh-sungguh kepada beliau. Ketika beliau tidur kemudian turun ayat Al-Muddatsir.[7] Kemudian beliau menyampaikan kepada istrinya tentang perintah Jibril untuk menyampaikan dakwahnya kepada umatnya. Kemudian beliau bertanya kembali umatnya itu yang mana. Dengan demikian wahyu yang turun kedua ini merupakan penobatan Rouslullah sebagai utusan Allah.

Untuk mengawali dakwah Rosulullah SAW ada berbagai metode dakwah yang dilakukan oleh beliau diantaranya:

1.      Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi

Pada masa ini Rosulullah Saw melakukan dakwah secara diam-diam dilingkungan keluarga sendiri dan dikalangan rekan-rekannya. Mula-mula yang masuk Islam pertama kali adalah istri Rosulullah kemudian saudara sepupunya Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar Asidiq, Zaid bekas budak yang menjadi anak angkatnya, Ummu Aimah pengasuh Nabi semenjak ibunya masih hidup.[8]

Kemudian dilanjutkan oleh Ustman bin Affan, Jubair bin Awwam, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqasah dan Thahlah bin Ubaidillah mereka dibawah kehadapan Nabi dan mengikrarkan untuk memeluk Islam dihadapan Nabi sendiri. Pada persiapan dakwah yang berat maka dakwah pertama beliau mempersiapkan mental dan moral. Oleh sebab itu beliau mengajak manusia atau umatnya untuk:
a. Mengesakan Allah
b. Mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati
c. Menguatkan barisan
d. Meleburkan kepentingan diri di atas kepentingan jamaah.[9]

2.  Dakwah terang-terangan
Langkah dakwah selanjutnya menyeru masyrakat secara umum. Nabi menyerukan kepada bangsawan dan seluruh masyarakat Qurais. Pada awalnya Nabi hanya menyeru pada penduduk Mekkah dan dilanjutkan menyeru pada penduduk diluar Mekkah secara terangterangan.

Rosulullah gencar mempublikasikan agar orang masuk Islam, kemudian pada masa itu beliau mengajak segenap umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji. Dilain waktu, acara jamuan tersebut diadakan kembali. Kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan perkataan Rasulullah namun tak satupun dari mereka yang meresponnya secara positif. Hal tersebut tidak membuat Rasulullah dan para sahabatnya patah arah, tetapi membuat Rasulullah dan para sahabatnya semangat dan dakwahnya semakin diperluas hingga suatu ketika.

Rasulullah mengadakan pidato terbuka di bukit Sofa. Pidato tersebut berisi perihal kerasulannya. Rasulullah memanggil seluruh penduduk Mekkah dan mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka meninggalkan Paganisme (Penyembahan terhadap berhala). Beliau menjelaskan bahwa tuhan yang wajib disembah hanyalah Allah. Mendengar hal tersebut masyarakat Qurays tersentak kaget, mereka sangat marah karena hal tersebut dan menghina tradisi nenek moyang dan kehormatan mereka. Para pembesar Qurays membentak dan memaki Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad adalah orang gila bahkan pamannya sendiri Abu Lahab pun mengancam Rasulullah dengan keras.

Pemimpin Quraiys dengan giatnya menentang dakwah Rosulullah SAW. Pemimpin Qurays merasa bahwa makin maju dakwah Rosulullah maka makin besar tantangan kaum Qurays. Ada 5 faktor yang mendorong Kaum Qurays menentang Rosulullah Saw yaitu:
a. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan;
b. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan   
    hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh bangsawan Qurays.
c Para Qurays tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan   kembali dan pembalasan di akhirat
d. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada  bangsa Arab.
e. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.[10]

5.b. Peradaban Periode Madinah
Dengan hijrahnya Nabi ke Yatsrib yang kemudian berganti nama Madinah Al Munawarah atau disebut dengan Madinah, Nabi segera meletakan dasar-dasar masyarakat Islam. Nabi resmi mnejadi pemimpin kota ini (pemimpin negara) sekaligus memimpin agama Islam.

Langkah-langkah yang diambil oleh Rasulullah SAW, untuk meletakkan dasar pembinaan masyarakat Madani/Islami di Madinah antara lain:

a.       Mendirikan Masjid
Masjid disamping untuk tempat beribadah juga untuk tempat berkumpul dan bertemu. Masjid berperan besar dalam menyatukan umat muslimin dari berbagai suku dan mempersatukan jiwa mereka serta tempat bermusyawarah dalam merundingkan persoalan yang dihadapi. Pada masa Nabi masjid dijadikan pusat pemerintahan.

b.      Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Sesama Muslim).
Persaudaran yang dilakukan oleh Rasulullah berdasarkan agama bukan berdasarkan pertalian darah. Mempersatukan umat yaitu mempersatukan kaum Anshar dan kaum Muhajirin.[11]

c.       Kesepakatan untuk salimg membantu antara kaum muslimin dan non muslimin

Di Madinah, ada golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang Arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani quraizhah, dan Bani Qainuqa’). Rasulullah melakukan kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedaimaian. Juga untuk melahirkan suasanya saling membantu dan toleransi diantara golongan tersebut.[12]

d.      Meletakan landasan politik, ekonomi dan kemasyarakatan
Bagi negara Madinah yang baru terbentuk. Dasar berpolotik antara lain prinsip keadilan yang harus dijalankan tanpa pandang bulu. Prinsip egaliter atau persamaan derajat antara manusia, yang membedakan adalah ketaqwaan kepada Allah semata. Untuk memecahkan masalah atau persoalan umat dipeganglah prinsip musyawarah.[13]



III.    ANALISIS DAN KESIMPULAN
Peradaban pada masa Nabi Saw dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh beliau di bawah bimbingan wahyu
Kemudian Nabi Saw mengupayakan dasar-dasar membangunan peradaban bangsa Arab sebagai berikut.
Pertama:  Mendirikan masjid, yakni masjid Quba (sebagai masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Agama Islam), yang berlokasi dipinggiran kota Madinah. 

Kedua:     Mempersatukan antara Anshor dan Muhajirin. Manfaat persaudaraan kedua golongan itu nantinya adalah ; kaum Anshor dengan senang hati membantu kaum Muhajirin jika membutuhkan baik materiil bahkan isteri-isteri, kaum Anshor bahkan meluangkan waktu hanya sekedar menunjukkan pasar-pasar yang bisa digunakan untuk transaksi perdagangan.

Ketiga :    Kerjasama antar komponen penduduk madinah (muslim dan non muslim). Dimana saat itu non muslim yang tinggal di Madinah terdiri dari Nasrani dan Yahudi (Banu Nadzir dan Banu Quraidzah).
Untuk menjaga keutuhan perdamaian antar komponen, Nabi Saw memprakarsai pembentukan Piagam Madinah. Adapun pokok-pokok ketentuan Piagam Madinah antara lain :
   1.   Seluruh masyarakat yang menandatangi harus bersatu padu di bawah paying
         perdamaian.
   2.   Jika salah satu kelompok yang turut menandatangi piagam tersebut diserang,   
         maka kelompok yang lain harus   membelanya
        3.   Tidak boleh pada suatu kelompokpun yang menggalang kerjasama dengan     
             Kafir Quraisy atau membantu mereka melakukan perlawanan terhadap    
             msyarakat Madinah.
   4.   Orang Islam, Nasrani dan Yahudi serta seluruh masyarakat Madinah yang     
         lain bebas memeluk agama dan keyakinan masing-masing dan mereka   
         dijamin kebebasannya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan   
         keyakinannya masing-masing.
   5.   Urusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok non 
         muslim tidak harus melibatkan pihak-pihak lain secara keeluruhan.
         6.    Setiap bentuk penindasan dilarang
   7.    Mulai hari ini segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan dan  
          penganiayaan diharamkan diseluruh negeri Madinah.

8.   Muhammad Saw menjadi kepala perintahan Madinah dan memgang
      kekuasaan peradilan yang tinggi

Keempat: Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan social untuk masyarakat baru, antara lain:
a)   Beliau berusaha menetapkan dan menegakkan hukum-hukum privat seperti       hukum keluarga, baru kemudian masalah-masalah publik seperti interaksi sosial.
b)   Dalam masalah sosia-politik, Nabi Saw membangun dasar-dasar sistem musyawarah.
c)    Dalam sistem ekonomi, munculnya sistem baru dalam perdagangan yakni sistem dagang non ribawi yang melarang adanya eksploitasi, monopoli dan rentenir.
d)    Dalam bidang kemasyarakatan dibuatlah dasar-dasar sistem social seperti al ukhuwah (persaudaraan), al musawah (persamaan), at tasamuh (toleransi), al musyawarah (perundingan), dan al mu’awanah (kerjasama)

IV.    PENUTUP
Demikianlah makalah yang singkat ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, mudah-mudahan ada manfaatnya dan kami mengharapkan para pembaca bisa mengambil pelajaran dari makalah kami ini, dan memberi kritikan dari setiap kesalahan yang ada karena kami manusia biasa yang dhaif, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah swt.











DAFTAR PUSTAKA

[1] Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam Hingga Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 31-32.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hlm.17
[3] Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm. 19
[4] http://sanaky.com/wp-content/uploads/2009/02/05-peradaban-islam-masa-nabi1. didownload pada hari selasa 25 Maret 2014 pukul 13.12 WIB
[5] Ali Sodiqin Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern),(Yogyakarta: LESFI, 2009), hlm. 24
[6] Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam ..., hlm. 25-26
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2001), hlm. 19
[8] Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 63
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam...,hlm. 20-21
[10] Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah..., hlm. 39.
[11]Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :Pustaka Setia, 2008), hlm 64.
[12] Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah..., hlm. 40
[13] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II, (Jakarta: UI Press, 2012), hlm. 4-6.
[14] (Al-Husairy, 2006: 175).
[15] (Mufrodi, 1997: 46-46).
[16]  (Syalabi, 1997: 116-120).


[1] Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam Hingga  Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 31-32.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hlm.17
[3] Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm. 19

[4] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II, (Jakarta: UI Press, 2012), hlm. 4-6.
[5] http://sanaky.com/wp-content/uploads/2009/02/05-peradaban-islam-masa-nabi1. didownload pada hari selasa 25 Maret 2014 pukul 13.12 WIB
[6] Ali Sodiqin Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern),(Yogyakarta: LESFI, 2009), hlm. 24
[7] Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam ..., hlm. 25-26
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2001), hlm. 19
[9] Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 63
[10] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam...,hlm. 20-21
[11] Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah..., hlm. 39.
[12] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :Pustaka Setia, 2008), hlm 64
[13] Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah..., hlm. 40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar