KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH (MBS)
Oleh : AWI SALWI
I.
PENDAHULUAN
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam era globalisasi seperti saat
ini dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan di tengah arus reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini
mengingat bahwa betapa rendahnya mutu pendidikan Nasional baik akademik maupun
non akademik, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Masyarakat pada dasarnya telah menyadari bahwa sekarang ini mutu pendidikan
sudah menjadi prioritas untuk dapat diwujudkan oleh pemerintah pusat dan
daerah. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk mencapai peningkatan
mutu pendidikan pada setiap satuan pendidikan secara nasional diantaranya
melalui peningkatan manajemen sekolah dengan penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan
bahwa otonomi pendidikan berazaskan desentralisasi dengan pendekatan MBS.
Pendekatan MBS dimaksudkan untuk menumbuhkan kemandirian dan kreativitas
kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan efektif.
Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS adalah salah satu bentuk alternatif
sebagai kebijakan desentralisasi pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah
berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, efisiensi serta
melahirkan manajemen yang bertumpu di tingkat sekolah. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan otonomi sekolah, dalam mengelola sekolah
dan menciptakan kepala sekolah, guru dan administrator profesional. Kesuksesan
untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan yang
kuat dari masing-masing kepala sekolah.
Oleh karena itu kepala sekolah merupakan salah
satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan
dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana
dan bertahap. Maka dari itu, penulis berusaha mengkaji tentang ”Kepemimpinan
dalam Manajemen Berbasis Sekolah”.
Di Indonesia MBS
mulai diperkenalkan tahun 1999 oleh Departemen Pendidikan Nasional melalui
Proyek perintisan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), sehingga
MBS merupakan model otonomi pendidikan yang diterapkan di sekolah. Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu strategi wajib yang Indonesia tetapkan
sebagai standar dalam mengembangkan keunggulan pengelolaan sekolah.
Penegasan ini dituangkan dalam USPN Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 51 ayat 1
bahwa pengelolaan satuan pendidikan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah.
MBS merupakan model
aplikasi manajemen institusional yang mengintegrasikan seluruh
sumber internal dan eksternal dengan lebih menekankan pada
pentingnya menetapkan kebijakan melalui perluasan otonomi sekolah.
Sasarannya adalah mengarahkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan
dalam rangka mencapai tujuan. Spesifikasinya berkenaan dengan visi, misi, dan
tujuan yang dikemas dalam pengembangan kebijakan dan perencanaan. (Wikipedia,
2009).
II.
PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen Sekolah
Istilah manajemen memiliki banyak arti,
bergantung pada orang yang mengartikannya. Istilah manajemen sekolah seringkali
disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu,
terdapat tiga pandangan berbeda. Pertama, administrasi lebih luas daripada
manajemen; kedua, manajemen lebih luas daripada administrasi; dan ketiga,
pandangan yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.
Gaffar (1989) dalam Mulyasa (2002)[1]
mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses
kerjasama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidkan nasional. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkenan dengan pengelolaann proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah,
maupun tujuan jangka panjang.
Manajemen atau
pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan
pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep
tersebut berlaku di sekolah yang memrlukan manajemen yang efektif dan efisien.
Dalam kerangka inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya manajemen berbasis
sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru dalam mengatur
pendidikan dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi,
mempertanggungjawabkan, mengatur, serta memimpin sumber-sumber daya insani
serta barang-barang untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan sekolah.
B. Definis Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari School
Based Management yang muncul pertama kali di Amerika Serikat. Manajemen
Berbasis Sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi
luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi
ini diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikan sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat. Dengan kata lain bahwa Manjamenen Berbasis Sekolah menuntut
sekolah untuk secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas,
mengendalikan dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber baik kepada
masyarakat atau pemerintah.
Manajemen Berbasis Sekolah juga menawarkan sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memahami peserta didik. Pada
dasarnya Manajemen berbasis Sekolah suatu strategi pengelolaan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengerahan dan pendayagunaan sumber
internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan lulusan yang berkuaitas dan bermutu. Menurut Direktorat Pembinaan
Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya
adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah
dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan
sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam penerapannya
tujuan manajemen berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan
pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi antara lain dapat diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat dan
penyederhaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang
tua, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai
kontrol serta hal lain yanng mampu menumbuhkembangkan suasana yang kondusif.
Pemerataan pendidikan diperoleh melalui partisipasi masyarakat terutama yang
mampu dan yang kurang mampu akan menjadi bentuk tanggungjawab pemerintah.
Sedangkan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yang lebih rinci yaitu:
1. Meningkatkan peran serta warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
2. Meningkatkan tanggungjawab sekolah terhadap orangtua, mayarakat,
dan pemerintah;
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai;
4. Memberikan pertanggungjawaban tentang mutu pendidikan kepada
pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat;
5. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum muatan
lokal, sedangkan kurikulum inti dan evaluasi berada pada kewenangan pusat dan
pengembangannya disesuaikan dengan daerah dan sekolah masing-masing.
6. Memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan kerjasama kepada
sekolah baik dengan perorangan, masyarakat, lembaga dan dunia usaha yang tidak
mengikat.
D. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa
Inggris leadership yang berasal dari kata leader yang berarti
pemimpin. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana
seseorang mempengaruhi orang lain untuk meraih suatu tujuan dan mengarahkan
sejumlah sumber daya untuk mencapai visi dan misi tertentu (Sriartha &
Sudiana, 2009). Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota
kelompok. Definisi ini mengandung tiga implikasi penting, yaitu (1)
kepemimpinan itu melibatkan orang lain, baik itu bawahan maupun pengikut, (2)
kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota
kelompok secara seimbang, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai
bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya
dengan berbagai cara (dalam Nurchlis, 2002: 153).[2]
Menurut Soepardi
dalam (Mulyasa, 2002)[3]
kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi,
memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh,
memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan
maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai
tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna
(1993) merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang
atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”.
Sementara Soepardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk
menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, bahkan menghukum (kalau perlu),
serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.” Hal
tersebut menandakan bahwa kepemimpinan mencakup tiga hal yang saling
berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta
adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
E.
Karakteristik Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Perspektif Manajemen
Berbasis Sekolah
Masalah kepemipinan akan selalu menarik untuk
dijadikan obyek penelitian atau bahan kajian. Hal ini karena pemimpin dan
kepemimpinan senatiasa diperlukan dalam setiap sendi kehidupan manusia,
khususnya yang menyangkut hubungan kerjasama antara sesama manusia untuk
mencapai tujuan bersama. Hubungan kerjasama tersebut di zaman modern ini
biasanya berbentuk lembaga atau organisasi baik yang berstatus organisasi
formal maupun non formal.
Pemimpin memiliki peran dan fungsi yang
penting serta menentukan dalam sebuah organisasi sehingga muncul pendapat yang
mengatakan bahwa maju mundur dan sukses tidaknya sebuah organisasi itu sangat
bergantung pada kemampuan pemimpinnya.
Pendapat tersebut nampaknya cukup beralasan
terlebih jika ditengok kembali sejarah perjuangan Rasulullah SAW dalam
menyebarkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sebagai seorang pemimpin
beliau memiliki kemampuan memimpin yang luar biasa. Beliau adalah tipe pemimpin
yang memiliki karakteristik yang patut dijadikan teladan bagi umat Islam
terutama di zaman yang tengah mengalami kerisis kepemimpinan seperti sekarang
ini.
Ketika kepemipinan dikaitkan dengan konsep
manajemen maka pemimpin memiliki posisi yangh sentral, karena dapat dikatakan bahwa
kepemipinan merupakan initi dari manajemen.
Dalam melaksanakan MBS menurut komite reformasi pendidikan, kepala
sekolah perlu memiliki kepemimpinan yang kuat, partisipatif, dan demokratis.
Untuk mengakomodasikan persyaratan ini, kepala sekolah perlu mengadopsi
kepemimpinan transformasinal[4].
Yang dimaksud kepemimpinan transformasional adalah kemampuan
seorang pemimpin dalam bekerja dengan atau melalui orang lain untuk
mentransformasikan sumber daya organisasi secara optimal dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Disini pemimpin memberikan rangsangan dan
motivasi kepada para pengikutnya agar memiliki kesadaran untuk memunculkan
ide-ide kreatif dan produktif, dan rasa tanggung jawab.[5]
Kepala Sekolah perlu membuka kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki dengan cara memberikan keleluasaan kepada
mereka untuk mengembangkan kurikulum dan metode belajar mengajar, karena
gurulah yang paling tahu apa yang relevan diberikan kepada peserta didiknya.
Selain itu kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan
dengan pihak luar seperti masyarakat yang merupakan konsumen utama pendidikan.
Kepala sekolah yang memiliki karakter kepemimpinan transformasional
diyakini akan dapat menjadi kunci bagi keberhasilan implementasi MBS di
sekolah. Hal ini disebabkan karena karakteristik kepemimpinan transformasional
sesuai dengan konsep MBS.
Keberhasilan tersebut terletak pada: Pertama, adanya
kesamaan yang paling utama, yaitu jalnnya organisasi yang tidak digerakkan oleh
birokrasi tetapi oleh kesadaran bersama. Kedua, para pelaku
mengutamakn kepentingan organisasi dan
bukan kepentingan peribadi. Ketiga, adaqnya partisipasi aktif dari
pengikut atau orang yang dipimpin.[6]
F. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Perspektif MBS.
Strategi pendidikan nasional telah mengalami pergeseran yang cukup
mendasar yaitu dari system manajemen terpusat (sentralistik) kea rah system
manajemen desentralistik atau system yang memberikan kewenangan yang lebih luas
kepada lemabaga pendidikan ditingkat local (sekolah) untuk mengatur dan
mengelola manajemen sekolahnya secara mandiri dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas pendidikan secara efektif dan efisien.
Sistem yang lebih dikenal dengan istilah MPMBS atau MBS ini perlu
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan professional. SDM yang
terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah harus terus menerus mengembangkan
profesionalismenya, baik itu yang meliputi aspek keperibadiannya maupun aspek
intlektualnya.
Profesionalisme merupakan syarat utama keberhasilan seseorang dalam
menjalankan tugas dan mengemban tanggungjawab. Seseorang dapat melaksanakan
tugas secara professional jika memiliki komptensi tertentu sesuai bidang tugas
yang dijalani. Terwujudnya komptensi disebabkan oleh perpaduan kemampuan
intlektual, pengetahuan, dan skill yang terintegrasi dalam peribadi seseorang.[7]
Seseorang disebut professional apabila ia memiliki profesi, dan
profesi itu sendiri memiliki kriteria seperti yang dikemukakan oleh A. Tafsir
yang dikutif dari Muchtar Luthfi sebagai berikut :
1. Profesi harus mengandung keahlian.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal.
4. Profesi adalah untuk masyarakat bukan untuk diri sendiri.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan komptensi
aplikatif.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya.
7. Profesi mempunyai kode etik (Kode Etik Profesi).
8. Profesi harus memiliki klien yang jelas yaitu orang-orang yang
membutuhkan layanan.[8]
Seorang kepala
sekolah haruslah memiliki kualitas keperibadian yang kuat dan unggul serta
memenuhi syarat komptensi akademik yang distandarkan. Mengenai hal ini kiranya
ada sebuah ayat Al-Qur’an yang bias dijadikan landasan hukumnya, yaitu sebagai
berikut :
ôMs9$s% $yJßg1y÷nÎ) ÏMt/r'¯»t çnöÉfø«tGó$# (
cÎ) uöyz Ç`tB |Nöyfø«tGó$# Èqs)ø9$# ßûüÏBF{$# ÇËÏÈ
Artinya:
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya". ( QS. Al-Qashash :
26 )[9]
Selain itu kepala
sekolah harus mempunyai kemampuan lobi yang tinggi dengan pihak luar terutama
tentang masalah dana. Dana pendidikan merupakan salah satu factor penentu
kesuksesan implementasi MBS. Jika sumber dana yang dimiliki sekolah masih
kurang memadai maka pihak sekolah dapat mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
Dengan adanya komunikasi dua arah tersebut kemungkinan besar akan ditemukan
solusi yang dapat mengatasi masalah tersebut.
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu sistem dalam rangka
pemberian kewenangan kepada kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan implementasi MBS. Kepemimpinan
adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata leader.
Definisi kepemimpinan itu bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan
konsep kepemimpinan itu sendiri.
Kepemimpinan
kepala sekolah memegang peranan kunci dalam keberhasilan aplikasi MBS. Koordinasi
kepemimpinan Kepala sekolah dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah akan
menentukan keberhasilan efektifitas, efisiensi dan produktifitas pendidikan.
Perilaku dan sikap kepala sekolah atau pemimpin yang positif dapat mendorong
kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam
kelompok untuk mewujudkan tujuan lembaga atau organisasi. Modernitas
organisasi sekolah termasuk pelembagaan MBS telah membangkitkan kesadaran akan
esensi dan eksistensi kepemimpinan kepala sekolah.
B. SARAN
Penulis menyarankan kepada pembaca
agar dapat memahami materi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) khususnya yang
berkaitan dengan Kepemimpinan dalam MBS agar dapat mengimplementasikan dengan
baik di dalam kegiatan pembelajaran dan saat sudah terjun menjadi guru.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Effendy,
Ek,Mochtar, 1986, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
Jakarta: Bhratara Karya Aksara
2.
Terry,
R. George, 2003, Prinsip-Prinsip Manajemen (alih bahasa J.
Smith D. F.M.), Jakarta: Bumi Aksara
3.
Moedijarto,
Prof. Dr., Ir., M.Sc., 2002, Sekolah Unggul Metodologi Untuk Meningkatkan
Mutu Pendidikan, tanpa kota: Duta Graha Pustaka
4.
Mulyasa,
Dr. E., M.Pd., 2002, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan
Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
5. Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta:
Grasindo, 2003),
6.
Damin, Sudarwan, op.cit.,
7. Choliq, Abdul, MT, Inovasi
Reformatif Menuju Madrasah Unggul, (tp, Semarang, 1998).
8. A. Tafsir,_Profesionalisme dalam Pengelolaan Madrasah_, dalam
Ahmad Zayadi (eds,), Supervisi Pendidikan Madrasah Kajian Teoritis dan
Praktis, (Bandung: Institut for Religius and Studies (IRIS) dan Basic Education Project
(BEP), 2001.
9.
Soenarjo, R.H.A., dkk., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta
: Yayasan Penyelenggara/ Penterjemah Al Qur’an, 1971).
[1]
Dr. Mulyasa E.,
M.Pd., 2002, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
[2] Nurkholis,
Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2003), ha. 153
[3] Dr. Mulyasa E.,
M.Pd., 2002, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
[4]
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2003), ha.
171-172
[5]
Sudarwan Damin, op.cit., ha. 55-56.
[6]
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2003), ha.
173.
[7]
Abdul Choliq MT, Inovasi Reformatif Menuju Madrasah Unggul, (tp,
Semarang, 1998), ha. 17
[8] A.
Tafsir,_Profesionalisme dalam Pengelolaan Madrasah_, dalam Ahmad Zayadi (eds,),
Supervisi Pendidikan Madrasah Kajian Teoritis dan Praktis, (Bandung:
Institut for Religius and Studies (IRIS)
dan Basic Education Project (BEP), 2001. Ha. 13
[9]
R.H.A., Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan
Penyelenggara/ Penterjemah Al Qur’an, 1971), ha. 613.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar